Do It Yourself
merupakan sebuah etika yang lahir dari punk era ’80-an. Punk era ’80-an
mencoba mengembalikan makna punk kepada makna awalnya. Di mana, punk
saat itu telah mengalami pengaburan makna.
Do it Yourself merupakan batas-batas yang dihasilkan dari praktik kehidupan punkers. Batas-batas ini tidak dikonsepkan secara rumus. Bagi punkers, Do It Yourself adalah sebuah etika yang pengertiannya dapat dipahami hanya melalui praktik dalam kehidupan. Sehingga, pemaknaan etika Do It Yourself pun berbeda di antara punkers. Sebagian punkers menganggap etika Do It Yourself hanya terbatas masalah musik. Sebagian yang lain memandang etika Do It Yourself adalah pegangan dalam keseluruhan hidup punkers. Meskipun berbeda dalam menafsirkan etika Do It Yourself, tidak ada punkers yang mempermasalahkan hal tersebut. Karena, punkers saling menghargai perbedaan pemikiran masing-masing. Perbedaan tersebut adalah bagian dari etika Do It Yourself dalam berpikir.
Sebenarnya, etika Do It Yourself
telah ada sejak punk dilahirkan. Tetapi, etika ini terus menghilang
seiring industri yang terus menjamah dan menjadikan punk sebagai
komoditas.
Semula
berawal di Paris, Perancis pada Bulan Mei 1968. Saat itu, sebuah aksi
demonstrasi besar-besaran menentang Presiden Charles De Gaulle terjadi.
Buruh, mahasiswa, hingga pelajar turun ke jalan. Demonstrasi ini menjadi
pemicu gerakan sosial terbesar pada tahun 1960-an. Demonstrasi di Paris
itu pula yang turut melahirkan ideologi punk, yang pada awalnya, punk
hanyalah sebuah aliran musik.
Salah seorang demonstran itu bernama Malcolm McLaren. Malcolm adalah mahasiswa seni di salah satu universitas di Paris. Setelah
peristiwa Mei 1968, Malcolm hijrah ke London, Inggris. Di London,
Malcolm bersama istrinya Vivienne Westwood membuka toko busana bernama
Let It Rock di Kings Road. Toko tersebut menjual kaos dan berbagai
aksesori untuk kaum underground. Vivienne menjadi desainernya.
Malcolm
adalah seorang yang berpaham kiri. Dia ingin membuat budaya tandingan
dari budaya dominan di Inggris yang konservatif. Dia lalu
menyimbolkannya melalui musik. Malcolm membentuk sebuah band yang
eksentrik dan mandiri. Malcolm menamai band tersebut Sex Pistols.
Sex Pistols merupakan salah satu band punk era awal. Sex
Pistols menjadi ikon akan kemandirian dan antikemapanan. Mereka
menentang budaya konservatif di Inggris. Penentangan itu mereka lakukan
melalui musik dengan lirik-liriknya yang tajam, gaya bicara yang
semaunya, pakaian yang bertolak belakang dengan budaya pakaian saat itu.
Serta, tingkah laku yang dengan sengaja berlawanan dengan kebanyakan
tingkah laku orang Inggris waktu itu. Sayangnya, ikon kemandirian dan
antikemapanan tak berlangsung lama. Akhir tahun 1970-an, Sex Pistols
bergabung dengan label besar EMI Music. Hal itu menjadikan pandangan terhadap Sex Pistols berubah walaupun perilaku mereka tetap urakan.
Pengaburan
makna punk pun mulai terjadi ketika band-band punk era awal bergabung
dengan label-label besar. Padahal, punk pada awalnya terlahir sebagai
aliran musik yang memberontak terhadap industri musik mapan dan ideologi
yang menentang budaya dominan. Tetapi dengan mulai bergabungnya band
punk era awal seperti Sex Pistols, The Clash, Buzzcock, dan Stiff Little
Finger dengan industri musik mapan, makna perlawanan punk pun menjadi
bias.
Punk
berubah menjadi komoditas yang dimanfaatkan industri mapan tersebut.
Industri mapan memanipulasi punk sedemikian rupa. Punk bagi industri
disimbolkan sebagai semangat perlawanan yang cocok bagi remaja, di mana
remaja merupakan pangsa pasar yang menjanjikan bagi industri. Industri
mapan mengambil sikap pemberontak punk yang urakan dan membuang sikap
positif punk dalam sisi politik maupun sosial. Etika Do It Yourself
yang merupakan ideologi punk juga disingkirkan karena tak dapat
menghasilkan dan tidak diminati pasar. Industri hanya menonjolkan beat musik punk yang keras dan fesyen punk yang bertolak belakang dengan budaya berpakaian mainstream. Punk pun berubah menjadi barang dagangan yang laris diperjualbelikan secara luas.
Melihat perlakuan industri terhadap punk yang sedemikian memojokkan dan berusaha mengubah wajah punk, beberapa punkers
era ’80-an berusaha mengembalikan punk kepada makna awalnya. Berangkat
dari hal tersebut, muncul band-band punk baru yang dua di antaranya
menjadi pioner dalam usaha mengembalikan punk ke bentuk asalnya, yaitu
band Crass dan MDC. Kedua band ini berusaha mengedepankan ideologi punk
dalam musik maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka menjadi
motor untuk membangkitkan kembali nilai-nilai punk yang seharusnya ada.
Nilai-nilai punk yang selalu ditutupi dan berusaha dibuang industri
mapan. Salah satunya adalah etika Do It Yourself.
Dengan etika Do It Yourself,
kedua band tersebut mulai berusaha menandingi band-band punk yang
bernaung di bawah label-label besar. Tidak seperti band-band yang
bernaung di bawah label besar, Crass dan MDC mengorganisasi sendiri
setiap kegiatan yang mereka lakukan, seperti membuat rekaman, membuat
pertunjukan musik kecil, mengadakan tur album, serta menciptakan media.
Semua usaha ini dilakukan kedua band itu untuk menyingkirkan para
oportunis, yang menjadikan punk sebagai barang dagangan dan berusaha
mengembalikan punk sebagai gerakan bawah tanah.
Melihat
sejarah masa lalu, ketika punk era awal tidak mampu mempertahankan
ideologi mereka, Crass dan MDC terus mencari cara untuk mempertahankan
etika Do It Yourself. Network of Friend
atau jaringan persahabatan menjadi kunci mempertahankan etika tersebut.
Jaringan persahabatan berfungsi sebagai sarana membangun scene tanpa campur tangan dari orang-orang yang hanya mau menarik keuntungan dari punk. Di dalam jaringan persahabatan, punkers berbagi informasi dan saling membantu satu sama lain. Hal ini mampu memunculkan ikatan solidaritas sesama punkers. Selain itu, dengan jaringan persahabatan ini, golongan luar akan sulit memanfaatkan punk untuk kepentingan pribadi.
Dasar dari etika Do It Yourself adalah kemandirian dalam melakukan sesuatu. Etika Do It Yourself
diawali dari diri sendiri. Individu yang menentukan segala sesuatu yang
baik bagi dirinya sendiri tanpa paksaan dari orang lain. Etika Do It Yourself merupakan wujud praktis dari pernyataan bahwa, “semua orang bisa mengerjakan segala sesuatunya dengan kemampuan diri sendiri”.
Pernyataan di atas, setelah dianalisis sendiri oleh punkers, ternyata masih memiliki kelemahan-kelemahan. Setelah melalui berbagai kritisi dari dalam punk sendiri, Do It Yourself pun berkembang menjadi Do It with Friend (lakukan dengan teman). Salah satu kritik yang merupakan masalah terbesar dalam Do It Yourself adalah ekslusivisme yang terbentuk akibat kemandirian. Individu punker cenderung menutup diri dari orang lain sehingga ide-ide menjadi tertutup dan tidak berkembang.
Semangat yang hadir dalam Do It with Friend tetap sama, yaitu Do It Yourself. Punkers tetap mandiri tanpa bergantung kepada pihak lain. Kata friend dalam Do It with Friend adalah orang-orang yang berada dalam Network of Friend
maupun orang luar yang bekerja sama bukan untuk memanfaatkan punk demi
kepentingan pribadi. Fungsi teman adalah sebagai individu-individu yang
otonom tetapi bekerja untuk satu kepentingan. Pengambilan keputusan pun
biasanya dilaksanakan secara konsensus.
Etika Do It Yourself juga menjadi basis pertahanan punkers
dalam menghadapi industri-industri kapitalis yang hanya mementingkan
sektor ekonomi. Punk melihat kapitalis sebagai orang ataupun sekelompok
orang yang memiliki banyak modal dan memiliki tujuan untuk mengakumulasi
modal mereka seluas mungkin dan seintensif mungkin. Kapitalis dirancang
sebagai sistem sosial untuk memudahkan orang-orang yang memiliki
keistimewaan ekonomi agar tetap berjaya. Kapitalis
hanya memikirkan modal tanpa peduli hal lain. Mereka terus memperkaya
diri sendiri tanpa mau melihat kehidupan sekitar. Segala sektor mereka
buat menjadi modal yang dapat diakumulasi, punk salah satunya.
Kapitalis
menjadikan punk sebagai barang yang menjijikan. Mereka mendeskripsikan
punk sebagai sekumpulan anak muda yang senang mabuk-mabukan dan tidak
peduli dengan lingkungan. Tetapi pada lain pihak, kapitalis juga
memanfaatkan punk sebagai komoditas.
Kapitalis menjual gaya berpakaian
dan musik punk demi memenuhi motif ekonomi mereka. Bagi kapitalis,
motif ekonomi merupakan satu-satunya nilai dalam kehidupan. Motif
ekonomi menjadi pembanding. Hal ini menyebabkan timbulnya kelas-kelas
dalam kehidupan antara kelas mapan dan tidak. Timbulnya kelas-kelas ini
mengakibatkan lahirnya kekuasaan oleh mereka yang menguasai sektor
ekonomi. Pada akhirnya, dengan wewenang kekuasaan yang mereka miliki,
kapitalis memaksakan kehendak untuk tetap menguasai sektor ekonomi.
Kekuasaan
yang dimiliki kapitalis biasanya dijalankan melalui pemerintahan suatu
negara. Pemerintah merupakan kaki tangan kapitalis dalam menguasai
sektor-sektor ekonomi. Aturan-aturan yang dibuat pemerintah, pada
akhirnya, lebih mementingkan kapitalis daripada rakyat yang seharusnya
dilayani.
Pemaksaan kehendak yang dilakukan kapitalis baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemerintah berusaha ditahan punkers lewat etika Do It Yourself
yang memiliki dasar kemandirian. Pemaksaan kehendak pada akhirnya
mengakibatkan sebuah penindasan, di mana ada pihak yang berlaku sebagai
penguasa dan pihak lain sebagai yang dikuasai. Punkers melawan usaha penindasan dengan semangat persamaan (equality), yang merupakan salah satu bagian dari etika Do It Yourself. Menurut punkers, setiap orang berhak mendapatkan penghidupan tanpa mendapat penindasan dari siapapun juga. Persamaan
juga memungkinkan setiap orang memiliki pilihan untuk menjalankan
kehidupannya. Persamaan meliputi berbagai hal mulai dari politik,
ekonomi, gender, sampai kepada musik.
Etika Do It Yourself juga mengajarkan punkers
untuk aktif. Kemajuan teknologi menghasilkan produk-produk instan yang
berjuta-juta jumlahnya. Kebanyakan orang pun dimanjakan kehadiran
produk-produk ini. Hal ini kemudian menimbulkan sifat pasif dan
konsumerisme yang tinggi. Pada akhirnya, kebebasan yang ada hanyalah
kebebasan untuk mengonsumsi barang, bukan menciptakan sesuatu. Manusia
akan menjadi tergantung kepada orang lain tanpa bisa mandiri, di mana
hal ini merupakan hal yang sangat diharapkan kapitalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar